Harati: Jurnal Pendidikan Kristen
https://ejournal.iaknpky.ac.id/index.php/harati
<p style="text-align: justify;"><strong>Harati: Jurnal Pendidikan Kristen</strong> adalah jurnal yang diterbitkan oleh <strong>Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Kristen, Institut Agama Kristen Negeri Palangka Raya</strong>. Periode terbitan jurnal ini terbit dua kali dalam setahun, yaitu bulan <strong>April</strong> dan<strong> Oktober</strong>. Jurnal ini menerbitkan hasil penelitian di bidang pendidikan kristen formal dalam ruang lingkup kompetensi guru Pendidikan Agama Kristen dan evaluasi hasil belajar Pendidikan Agama Kristen. Ruang lingkup ini mulai berlaku dalam edisi terbitan Volume 4 Nomor 1 Tahun 2024. . Proses naskah dari reviewer menggunakan Double Blind Review. ISSN Jurnal Harati adalah sebagai berikut: <strong>ISSN Online: <a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/20210427561407443">2776-6454</a></strong>, <strong>ISSN Cetak: <a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/20210511001057303">2776-995X</a>. </strong><strong>Harati: Jurnal Pendidikan Kristen </strong>memperoreh<strong> Peringkat 4 (SINTA 4) </strong>mulai Volume 1, Nomor 1 Tahun 2021 sampai Volume 5, Nomor 2 Tahun 2025 berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Nomor <a href="https://arjuna2.kemdikbud.go.id/files/info/Pemberitahuan_Hasil_Akreditasi_Jurnal_Ilmiah_Periode_IV_Tahun_2022_(Revisi).pdf">230/E/KPT/2022</a>, tanggal 30 Desember 2022 tentang Peringkat Akreditasi Jurnal Ilmiah periode IV Tahun 2022.</p>Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Kristen IAKN Palangka Rayaen-USHarati: Jurnal Pendidikan Kristen2776-995X<p><a href="<a%20rel="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/"><img alt="Creative Commons License" style="border-width:0" src="https://i.creativecommons.org/l/by/4.0/88x31.png" /></a><br />This work is licensed under a <a rel="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">Creative Commons Attribution 4.0 International License</a>."><img src="https://i.creativecommons.org/l/by/4.0/88x31.png" alt="Creative Commons License"></a></p>Perkembangan Anak Usia Dini dalam Pendidikan Kristiani Ditinjau dari Teori Piaget
https://ejournal.iaknpky.ac.id/index.php/harati/article/view/173
<p><em>This study intends to analyze early childhood development in Christian Education. Early childhood development in Christian Education is an important basis for child development. The method used in this study is qualitative with a literature study approach. Research findings reveal that Christian values in early childhood learning are important to be given as a foundation for the formation of attitudes and socio-psychological development of children. In this regard, Christian education needs to take a role in explaining, complementing, undertaking, directing and helping children grow in knowledge of attitudes and actions based on Christian values.</em></p> <p>Penelitian ini bermaksud untuk menganalisis perkembangan anak usia dini dalam Pendidikan Kristiani. Perkembangan anak usia dini dalam Pendidikan Kristiani menjadi dasar penting dalam perkembangan anak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah kualitatif dengan pendekatan studi literatur. Temuan penelitian mengungkapkan bahwa nilai-nilai kristiani dalam pembelajaran anak usia dini penting untuk diberikan sebagai landasan pembentukan sikap dan perkembangan sosial-psikologi anak. Dalam hal ini, pendidikan kristiani perlu mengambil peran dalam menjelaskan, melengkapi, menyanggupkan, mengarahkan dan membantu anak bertumbuh dalam pengetahuan sikap dan perbuatan berdasarkan nilai-nilai Kristiani.</p>Maria Agnes Monica
Copyright (c) 2023 Maria Agnes Monica
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
2023-04-302023-04-303111010.54170/harati.v3i1.173Peran Pendidikan Teologi Berbingkai Moderasi Beragama Dalam Pengembangan Sikap Toleransi Mahasiswa
https://ejournal.iaknpky.ac.id/index.php/harati/article/view/160
<p> </p> <p><em>Theological education in the frame of religious moderation is urgently needed now. Theological education in the framework of religious moderation means theological education which teaches and implements in four indicators, namely National Commitment, religious tolerance, anti-violence and accommodating local culture. The Old Testament has also implemented religious moderation with the implementation of the word </em>מתינות דתית<em>. While the New Testament uses the word </em>metriopàqeia.<em> Jesus showed an attitude of religious moderation but distanced himself from syncretism. Paul also shows an attitude of religious moderation. The method used is a qualitative method with literature</em><em> and question to 10 pastor as resources. </em></p> <p>Pendidikan Teologi berbingkai moderasi beragama sangat berperan dalam pengembangan sikap tolerasnsi mahasiswa. Pendidikan teologi berbingkai moderasi beragama berarti Pendidikan Teologi yang mengajarkan dan mengimplementasi dalam empat indikator yaitu Komitmen Kebangsaan, toleransi beragama, anti kekerasan dan akomodatif kebudayaan Lokal. Perjanjian Lama juga sudah menerapkan moderasi beragama dengan implementasi dari kata מתינות דתית. Sedangkan Perjanjian Baru memakai kata metriopàqeia. Yesus menunjukan sikap moderasi beragama tetapi menjauhkan diri dari sinkritisme. Paulus juga menunjukan sikap moderasi beragama. Metode yang dipakai adalah kualitatif dan membuat pertanyaan kepada 10 orag pendeta.</p>Andar Gunawan Pasaribu
Copyright (c) 2023 Andar Gunawan Pasaribu
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
2023-04-302023-04-3031112410.54170/harati.v3i1.160Strategi Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Di Era Digital
https://ejournal.iaknpky.ac.id/index.php/harati/article/view/174
<p><em>This study aims to describe the form of implementation of digital era Christian Religious Learning at Palangka Raya Christian High School. To reveal the purpose of the study, this research method is qualitative descriptive research. The results of the study revealed that the form of implementing Christian Religious Education learning online (online) using the WA application (WhatsApp), Classroom, and Zoom meetings. The strategy for implementing teacher learning for Christian religion subjects in Christian high schools is an expository learning strategy, problem-based and cooperative learning strategy. Its application is arranged alternately and which is a consideration of whether or not the material is appropriate with the learning strategies used. The implementation of the implementation of the learning strategy has not been carried out consistently, which is indicated that it has not fully met the provisions as in the application of the learning strategy.</em></p> <p>Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk pelaksanaan Pembelajaran Agama Kristen era digital di SMA Kristen Palangka Raya. Untuk mengungkapkan tujuan penelitian tersebut, maka metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa bentuk pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Kristen secara online (daring) dengan menggunakan aplikasi WA (WhatsApp), Classroom, dan zoom meeting. Strategi pelaksanaan pembelajaran guru mata pelajaran agama kristen di SMA Kristen yaitu strategi pembelajaran ekspositori, berbasis masalah dan strategi pembelajaran kooperatif. Penerapannya diatur secara bergantian dan yang menjadi pertimbangan apakah materi itu sesuai atau tidak dengan strategi pembelajaran yang digunakan. Pelaksanaan penerapan startegi pembelajaran tersebut, belum terlaksanan secara konsisten, yang ditandai belum sepenuhnya memenuhi ketentuan-ketentuan sebagaimana dalam penerapan strategi pembelajaran tersebut.</p>Rudie RudieOctamaria Sihombing
Copyright (c) 2023 Rudie Rudie, Octamaria Sihombing
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
2023-04-302023-04-3031253210.54170/harati.v3i1.174Kebijakan Lima Hari Sekolah dan Implikasinya pada Guru Pendidikan Agama Kristen
https://ejournal.iaknpky.ac.id/index.php/harati/article/view/175
<p><em>The five-day school policy caused controversy from various parties which the government then addressed by issuing a Character Strengthening Program policy as an affirmation of the goals of the five-day school policy. Christian Religion teachers have a major role in strengthening students’ character so that the five-day school policy has serious implications for Christian Religion teachers. Using the Systematic Literature Review method, this study aims to explore the link between the five-day school policy and the role of Christian Religion teachers in strengthening students’ character. Based on the results of the analysis it was found that Christian Religion teachers have important roles to play in the success of the five-day school policy and must carry out their roles properly as guides, motivators, parents, and role models for students. Christian Religion teachers must also be able to become interpreters of the Christian faith, shepherds and evangelists for their students. If Christian Religion teachers carry out their roles well, the process of strengthening students’ character in the implementation of the five-day school policy will also run well. Christian Religion teachers can actualized the strengthening of students’ character in three ways, namely intra-curricular, co-curricular and extra-curricular activities so that students’ character can be built optimally at school.</em></p> <p>Kebijakan lima hari sekolah menimbulkan kontroversi dari berbagai pihak yang kemudian disikapi oleh pemerintah dengan mengeluarkan kebijakan Program Penguatan Karakter sebagai penegasan tujuan dari kebijakan lima hari sekolah tersebut. Guru Pendidikan Agama Kristen memiliki peran yang besar dalam penguatan karakter siswa sehingga kebijakan lima hari sekolah memiliki implikasi yang serius bagi guru PAK. Dengan menggunakan metode S<em>ystematic Literature Review, </em>penelitian ini bertujuan untuk mengupas kaitan kebijakan lima hari sekolah dengan peran guru Pendidikan Agama Kristen dalam penguatan karakter siswa. Berdasarkan hasil analisis didapati bahwa Guru PAK memiliki peran penting untuk menyukseskan kebijakan lima hari sekolah dan harus menjalankan perannya dengan baik sebagai pembimbing, motivator, orangtua,serta teladan bagi siswa. Guru PAK juga harus mampu menjadi penafsir iman Kristen, gembala dan penginjil bagi siswanya. Apabila peran guru PAK ini dilaksanakan dengan baik maka proses penguatan karakter siswa dalam implementasi kebijakan lima hari sekolah juga akan berjalan dengan baik. Guru PAK dapat mewujudkan penguatan karakter siswa dalam tiga hal yaitu kegiatan intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler agar karakter siswa dapat dibentuk secara optimal di sekolah.</p>Riwu Wulan
Copyright (c) 2023 Riwu Wulan
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
2023-04-302023-04-3031334410.54170/harati.v3i1.175Peran Orang Tua Dalam Menciptakan Kepercayaan Diri Anak Usia 18 Tahun Menggunakan Teori Psikososial Erik Erikson
https://ejournal.iaknpky.ac.id/index.php/harati/article/view/123
<p><em>The purpose of this study was to show the reality of low self-esteem among 18 year olds in Indonesia. This is certainly a dilemma, because self-confidence plays a very important role in interactions that will be carried out in a social environment. Not only that, losing self-confidence can trigger children to experience mental disorders and social anxiety, and can end in cases of suicide. Several aspects show that most children lose confidence in themselves because they receive inappropriate parenting from their parents. Seeing the reality of the problem, this paper uses descriptive qualitative methods, central studies and interviews to provide an understanding of how to apply proper parenting through Erik Erikson's Psychosocial theory. Erikson's theory will show how to treat (raise) children aged 0-1 years, 2-3 years, 3-5 years, 6-13 years, and 14-18 years. This will greatly assist parents in carrying out their role when raising their children. The findings of this study will help parents find out what things need to be done and avoided when raising children at a certain age.</em></p> <p>Tujuan penelitian ini adalah untuk menunjukkan realitas rendahnya tingkat kepercayaan diri pada anak usia 18 tahun di Indoensia. Hal ini tentu menjadi dilema, sebab kepercayaan diri sangat berperan dalam interaksi yang akan dilakukan di lingkungan sosial. Tidak hanya itu, kehilangan rasa percaya diri dapat memicu anak mengalami gangguang mental dan kecemasan sosial, dan bisa berakhir pada kasus tindakan bunuh diri. Beberapa aspek menunjukkan bahwa sebagian besar anak kehilangan rasa percaya pada dirinya sendiri dikarenakan menerima pola asuh yang kurang tepat dari orang tuanya. Melihat realitas masalah tersebut, tulisan ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, studi pusata dan wawancara hendak memberikan pemahaman tentang bagaimana seharusnya menerapkan pola asuh yang benar melalui teori Psikososial Erik Erikson. Teori dari Erikson ini akan memperlihatkan bagaimana seharusnya memperlakukan (mengasuh) anak ketika berusia 0-1 tahun, 2-3 tahun, 3-5 tahun, 6-13 tahun, dan 14-18 tahun. Hal ini akan sangat membantu orang tua dalam melakukan perannya ketika mengasuh anak mereka. Temuan penelitian ini akan membantu para orang tua dalam mengetahui hal-hal apa saja yang perlu dilakukan dan dihindari ketika mengasuh anak pada usia tertentu.</p>Alvary Exan Rerung
Copyright (c) 2023 Alvary Exan Rerung
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
2023-04-302023-04-3031456010.54170/harati.v3i1.123Sumbangsih Pendidikan Israel Kuno Dalam Pendidikan Agama Kristen Pada Anak
https://ejournal.iaknpky.ac.id/index.php/harati/article/view/126
<p><em>This study explores the contribution of education in ancient Israel and its application to Christian education for children today. The study begins by examining the education system in ancient Israel, including the role of parents, religious leaders, and formal institutions in imparting knowledge and moral teachings. Taking lessons from the ancient Israelites, the study then explores how these principles can be applied to Christian education today. It examines the role of parents, teachers, and the church community in fostering a nurturing and holistic educational environment. It also investigates the use of Scripture, prayer, worship, and ministry to engage children in their faith journey. The purpose of this study emphasizes the value of integrating educational wisdom and practices in ancient Israel into modern Christian education. By adopting a holistic approach that combines Scripture, experiential learning, community engagement, and character building, Christian educators can provide a solid foundation for children to develop lifelong faith, moral values, and a living relationship with God. This study used a literature review research method that investigated books and journals related to ancient Israeli education</em><em>.</em></p> <p>Studi ini mengeksplorasi kontribusi pendidikan di Israel kuno dan penerapannya pada pendidikan Kristen untuk anak-anak saat ini. Studi dimulai dengan mengkaji sistem pendidikan di Israel kuno, termasuk peran orang tua, pemimpin agama, dan lembaga formal dalam menyampaikan pengetahuan dan ajaran moral. Mengambil pelajaran dari bangsa Israel kuno, penelitian ini kemudian mengeksplorasi bagaimana prinsip-prinsip ini dapat diterapkan pada pendidikan Kristen saat ini. Ini mengkaji peran orang tua, guru, dan komunitas gereja dalam membina lingkungan pendidikan yang mengasuh dan holistik. Itu juga menyelidiki penggunaan Kitab Suci, doa, ibadah, dan pelayanan sebagai sarana untuk melibatkan anak-anak dalam perjalanan iman mereka. Tujuan dari penelitian ini menekankan nilai integrasi kebijaksanaan dan praktik pendidikan di Israel kuno ke dalam pendidikan Kristen modern. Dengan mengadopsi pendekatan holistik yang menggabungkan Kitab Suci, pengalaman belajar, keterlibatan masyarakat, dan pembentukan karakter, pendidik Kristen dapat memberikan landasan yang kokoh bagi anak-anak untuk mengembangkan iman seumur hidup, nilai-nilai moral, dan hubungan yang hidup dengan Tuhan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kajian pustaka yang menyelidiki buku-buku dan jurnal yang berkaitan dengan pendidikan Israel kuno.</p>Youke L. SingalYusak TanasyahMaya MalauSusanti Embong Bulan
Copyright (c) 2023 Youke L. Singal, Yusak Tanasyah, Maya Malau, Susanti Embong Bulan
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
2023-05-272023-05-2731617510.54170/harati.v3i1.126Implementasi Etika Mengajar Wali Peserta Didik Dalam Mendidik Karakter Anak SMP Usia 13-15 Tahun
https://ejournal.iaknpky.ac.id/index.php/harati/article/view/127
<p><em>The role of the teacher as the guardian of students to educate children is very important. Every action of the teacher becomes a reflection for the child, whether it is good or bad. However, children's character is mostly formed in the family environment, especially junior high school children aged 13-15 years who are still very unstable in thinking and acting. Everything seen by them will be absorbed and followed faster. The character education of children by parents as guardians of students is very central and important. Therefore, it is very necessary to equip the guardian parents of students in educating children and there is a need for cooperation between teachers and parents in educating children. The purpose of this study is to explain the implementation of teaching ethics for guardians of students in educating the character of junior high school children aged 13-15 years. In this study, the authors used qualitative research methods with a descriptive approach. Thus, in educating children, guardians (parents and teachers) need to recognize what character education is, establish communication for educational purposes, establish cooperation with guardians, and assist guardians in educating in the family environment to form a disciplined, responsible, and honest child character. Therefore, cooperation between teachers and parents is indispensable.</em></p> <p>Peran guru dalam mendidik anak memang sangatlah penting. Akan tetapi, karakter anak sebagian besar terbentuk di dalam lingkungan keluarga, khususnya anak Sekolah Menengah Pertama (SMP) usia 13-15 tahun yang masih sangat labil dalam berpikir dan bertindak. Segala sesuatu yang dilihat oleh mereka akan lebih cepat diserap dan diikuti. Pendidikan karakter anak oleh orang tua selaku wali peserta didik menjadi hal yang sangat sentral dan penting. Oleh karena itu, perlu sekali untuk memperlengkapi orang tua wali peserta didik dalam mendidik anak dan perlu adanya kerjasama antara guru dan orang tua dalam mendidi anak. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk memaparkan implementasi etika wali peserta didik dalam mendidik karakter anak SMP usia 13-15 tahun. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Dengan demikian, dalam mendidik anak, orang tua selaku wali peserta didik dalam lingkungan keluarga, perlu mengenali apa itu pendidikan karakter, menjalin komunikasi untuk kepentingan pendidikan, menjalin kerjasama dengan guru, dan membantu guru dalam mendidik di lingkungan keluarga untuk membentuk karakter anak yang disiplin, bertanggung jawab, dan jujur. Oleh karena itu, orang tua perlu sekali untuk mengerti etika mengajar sebagai upaya kolaborasi dengan guru dalam mendidik karakter anak.</p>Angelina BerlianaSabda BudimanRiniwati Riniwati
Copyright (c) 2023 Angelina Berliana, Sabda Budiman, Riniwati Riniwati
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
2023-06-122023-06-1231769210.54170/harati.v3i1.127