HUTAN ADALAH IBU BAGI MANUSIA: Titik Jumpa Ekoteologis antara Kejadian 1:28 dengan Suku Wate

  • Firman Panjaitan Sekolah TInggi Teologi Tawangmangu
  • Silas Dismas Yoel Mandowen GBI Airmadidi, Nabire
Keywords: Allah, alam, manusia

Abstract

 

This study aims to show the importance of human awareness of the problems that are currently being experienced by the earth, and the importance of human involvement in this increasingly alarming condition of the earth. In particular, this research will bring together the understanding of ecology in the text of Genesis 1:28 with the cultural text of the Wate tribe. Qualitative-Descriptive method that departs from the data will be a tool in this research equipped with a cross-textual reading approach, especially in an effort to compare the two texts above to find similarities and differences between the two texts, then evaluate them to build a contextual theological view that can be accounted for biblically and culturally. The results show that basically humans and the universe have a relationship that cannot be separated, where the existence of the two need each other. Nature needs humans to maintain its integrity, and humans need nature as a source of providing their needs. This theology is a form of contextual theology that is biblical as well as a cultural message.

Penelitian ini bertujuan untuk menunjukan pentingnya kesadaran manusia akan masalah yang sedang di alami bumi saat ini, dan pentingnya keterlibatan manusia terhadap kondisi bumi yang semakin memprihatinkan ini. Secara khusus penelitian ini akan mempertemukan pemahaman tentang ekologi dalam teks Kejadian 1:28 dengan teks budaya suku Wate. Metode Kualitatif-Deskriptif yang berangkat dari data akan menjadi perangkat dalam penelitian ini dilengkapi dengan pendekatan pembacaan lintas tekstual, khususnya dalam upaya membandingkan kedua teks di atas untuk menemukan kesamaan dan perbedaan kedua teks, lalu mengevaluasinya untuk membangun sebuah pandangan teologis yang kontekstual, yang dapat dipertanggungjawabkan secara Alkitabiah dan budaya. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada dasarnya manusia dan alam semesta memiliki suatu relasi yang tidak bisa di pisahkan, dimana keberadaan dari keduanya saling membutuhkan. Alam memerlukan manusia  untuk menjaga keutuhannya, dan manusia membutuhkan alam sebagai sumber penyedia kebutuhannya. Teologi seperti ini merupakan bentuk teologi  kontekstual yang Alkitabiah sekaligus menjadi pesan budaya.

References

A. A. Sitompul, & Ulrich Beyer. (2016). Metode Penafsiran Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

BBC News Indonesia. (2020). Lara di hutan Papua: Ancaman Serius Pembukaan Lahan demi Sawit - BBC News Indonesia. Indonesia - Papua.

Borrong, R. P. (2012). Etika Bumi Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Deane-Drummond, C. (2016). Teologi dan Ekologi. jakarta: BPK Gunung Mulia.

Egziabher, T. B. G., & Edwards, S. (2013). Ecology. Africa’s Potential for the Ecological Intensification of Agriculture, 53(9), 1689–1699.

Emmanuel Gerrit Singgih. (2011). Dari eden ke Babel Sebuah Tafsir Kejadian 1 - 11. Yogyakarta: PPST UKDW.

Fairclough, E, S., J, B., & S..., B. (2016). Konsekuensi-Konsekuensi Negatif dari Modernisme dan Peralihan ke Posmodernisme: Bagian I. Retrieved July 15, 2022, from Dosen Perbanas website: https://dosen.perbanas.id/2016/12/page/4/?print=print-search

Geertz, C. (1977). “The interpretation Of Cultures ( Basic Books Classics ).”

Geovasky, I. (n.d.). MEMANDANG YESUS BERSAMA DENGAN SEGENAP ALAM. 1–10.

Harun, M. (2015). Ensiklik Laudato Si’: Tentang Perawatan Rumah Kita Bersama, Karya Paus Fransiskus. Surabaya: Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi Keuskupan Surabaya.

Hei, O. (2022). Penyembahan Suku Wate. In Wawancara. Nabire-Papua.

Kayame, J. (2022). Hutan menurut Pandangan Suku Wate. In Wawancara. Nabire, Papua.

Martin Harun, O. (2015). Ensiklik Laudato S I tentang perawatan rumah kita bersama. Surabaya: komisi pengembangan sosial ekonomi keuskupan surabaya.

Money, O. (2020). Hutan adalah ibu bagi suku Wate. Nabire-Papua.

Nurhalimah Sitti. (2019). Media Sosial Dan Masyarakat Pesisir (Vol. 12). Yogyakarta: CV Budi Utama.

Panjaitan, F. (2020a). Membangun Teologi Pertanian Melalui Pembacaan Lintas Tekstual Injil Matius Dan Kosmologi Jawa. BONAFIDE: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristen, 1(1), 44–64. https://doi.org/10.46558/bonafide.v1i1.8

Panjaitan, F. (2020b). Teologi Mistik sebagai Jalan Kehidupan: Membangun Teologi Mistik Kontekstual Indonesia Melalui Perbandingan Pengalaman Mistik Paulus dalam II Kor. 12:1-10 dengan Pengalaman Mistik Bima dalam Kisah Dewa Ruci (Thesis of Magister Theologiae in Duta Wacana Christian University. Yogyakarta). https://doi.org/10.31219/osf.io/xykzd

Phil Erari, K. (2017). Spirit Ekologi Integral. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Remikatu, J. H. (2020). Teologi Ekologi: Suatu Isu Etika Menuju Eskatologi Kristen. CARAKA: Jurnal Teologi Biblika Dan Praktika, 1(1), 65–85. https://doi.org/10.46348/car.v1i1.12

Surbakti, P. H. S. and N. G. (2019). Hermeneutika Lintas Tekstual: Alternatif Pembacaan Alkitab Dalam Merekonstruksi Misiologi Gereja Suku Di Indonesia. Societas Dei : Jurnal Agama Dan Masyarakat, 6(2), 209.

Telnoni, J. A. (2017). Kejadian Pasal 1-11 (Seri Tafsir Alkitab Kontekstual-Oikumenis). Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.

Waray, O. (2022). Hutan adalah ibu bagi suku Wate.

Westermann, C. (2012). Biblical Reflection on Creator-Creation. In B. W. Anderson (Ed.), Creation in the Old Testament (p. 93). Philadelphia: Fortress Press.

Yuono, Y. R. (2019). Melawan Etika Lingkungan Antroposentris melalui Interpretasi Teologi Penciptaan sebagai Landasan bagi Pengelolaan-Pelestarian Lingkungan. FIDEI: Jurnal Teologi Sistematika Dan Praktika, 2(1).

Published
2023-05-31
Section
Articles